Destinations

  • Itinerary 3 Hari 2 Malam di Sapa Vietnam: Panduan Lengkap Trekking & Fansipan
    Itinerary 3 Hari 2 Malam di Sapa Vietnam: Panduan Lengkap Trekking & Fansipan

    Kalau ada satu kota kecil di Vietnam yang vibes-nya bikin betah, Sapa jawabannya. Letaknya di pegunungan utara Vietnam, deket banget sama perbatasan China. Dari dulu, Sapa terkenal karena pemandangan sawah teraseringnya yang cantik banget, udara sejuk, dan budaya etnis minoritas seperti Hmong, Dao, dan Tay yang masih kental.

    Buat yang baru pertama kali mau ke sini, itinerary 3 hari 2 malam menurutku udah cukup pas. Kamu bisa ngerasain suasana kotanya, trekking ke desa tradisional, sampai naik ke Gunung Fansipan yang dijuluki Roof of Indochina. Nah, biar nggak bingung mau ngapain aja, yuk ikutin itinerary berikut!

    Hari 1: Tiba di Sapa & Eksplor Kota

    Biasanya perjalanan ke Sapa dimulai dari Hanoi. Ada dua opsi populer: sleeper bus (sekitar 6–7 jam) atau kereta malam ke Lao Cai lalu lanjut mobil 1 jam ke Sapa. Kalau berangkat malam sebelumnya, kamu akan tiba pagi hari.

    Begitu sampai, langsung check-in hotel atau hostel dulu biar bisa taro barang dan segar-segaran. Setelah itu, itinerary hari pertama bisa dibuat santai:

    • Sarapan dan ngopi di kafe lokal, banyak yang punya view pegunungan cantik.
    • Jalan-jalan ke Sapa Town: mampir ke alun-alun, Sapa Stone Church, dan pasar lokal buat lihat aktivitas warga.
    • Kalau masih ada tenaga, naik ke Ham Rong Mountain. Trekkingnya nggak terlalu susah, dan dari atas kamu bisa lihat panorama kota Sapa dari ketinggian.
    • Siang, cobain makanan khas Sapa. Salah satu favorit traveler adalah salmon hotpot (iya, salmon di pegunungan!) atau BBQ ala Sapa.
    • Sore, bisa duduk santai di kafe rooftop sambil menikmati udara dingin.
    • Malam, jangan lewatkan Sapa Night Market. Suasananya hidup banget dengan street food, kerajinan tangan, dan oleh-oleh unik dari etnis Hmong.

    Hari pertama ini lebih ke warming up, santai dulu, nikmati kota, dan simpan energi buat trekking esok hari.

    Hari 2: Trekking Desa Tradisional

    Hari kedua adalah highlight utama perjalanan ke Sapa: trekking! Ada banyak rute trekking, mulai dari yang ringan 3–4 jam sampai full-day. Kalau pertama kali ke Sapa, rute populer adalah Cat Cat – Lao Chai – Ta Van. Kamu bisa ikut tur lokal, biasanya sudah termasuk guide dan makan siang.

    • Cat Cat Village: Desa paling dekat dari pusat kota. Walau agak turistik, tetap menarik untuk melihat rumah tradisional Hmong, air terjun kecil, dan workshop kerajinan.
    • Dari Cat Cat, trekking lanjut ke Y Linh Ho lalu ke Lao Chai Village. Di sepanjang jalan, kamu bakal disuguhi pemandangan sawah terasering yang jadi ikon Sapa.
    • Siang biasanya makan di rumah penduduk lokal atau homestay sederhana. Seru banget rasanya duduk bareng, makan masakan rumahan ala pegunungan.
    • Setelah makan, lanjut ke Ta Van Village yang dihuni etnis Giay. Desa ini tenang, dikelilingi sawah dan sungai kecil.

    Kalau mau pengalaman lebih autentik, kamu bisa menghabiskan malam di homestay desa. Rasanya beda banget: tidur di rumah kayu, udara dingin, dan pagi-pagi buka jendela langsung lihat sawah terasering. Tapi kalau lebih nyaman di hotel, kamu bisa balik ke pusat kota sore hari dengan kendaraan.

    Malamnya, istirahat dan nikmati makan malam santai. Jangan lupa cobain jagung bakar atau telur bakar di pinggir jalan, simpel tapi pas banget sama udara dingin Sapa.

    Hari 3: Menaklukkan Gunung Fansipan

    Hari terakhir waktunya menuju ikon utama Sapa: Fansipan Mountain, gunung tertinggi di Indochina (3.143 mdpl). Untungnya, sekarang ada cable car modern jadi nggak perlu trekking 2 hari untuk sampai puncak.

    • Dari pusat kota, naik kendaraan ke stasiun cable car. Perjalanan dengan cable car sekitar 20 menit, dan sepanjang jalan kamu bakal disuguhi pemandangan gila-gilaan: lembah hijau, sungai berliku, sampai awan yang kadang ada di bawahmu.
    • Sampai atas, kamu bisa pilih: lanjut jalan kaki (sekitar 600 anak tangga) atau naik funicular sampai hampir ke puncak.
    • Di area puncak ada kompleks kuil, patung Buddha besar, dan tentu saja spot foto di titik tertinggi Fansipan dengan latar pegunungan yang luar biasa.

    Setelah puas di atas, turun lagi dengan cable car, balik ke kota untuk makan siang terakhir, lalu siap-siap check-out. Biasanya orang pulang sore/malam dengan bus atau kereta kembali ke Hanoi.

    Tips Liburan ke Sapa

    • Kapan waktu terbaik?
      • Maret–Mei: musim semi, udara sejuk, bunga mekar.
      • September–November: musim panen, sawah berubah jadi warna emas, paling cantik untuk foto.
    • Bawa jaket tebal: Sapa bisa dingin banget, bahkan di musim panas.
    • Sepatu nyaman: Trekking lumayan panjang, jadi sneakers outdoor atau sepatu gunung ringan wajib.
    • Siapkan uang tunai: Di kota mungkin bisa pakai kartu, tapi di desa kecil biasanya hanya terima cash.
    • Book lebih awal: Tiket cable car Fansipan dan homestay desa cepat penuh, apalagi musim liburan.

    Dengan itinerary 3 hari 2 malam di Sapa Vietnam, kamu udah bisa ngerasain banyak hal dalam waktu singkat: mulai dari jalan-jalan di kota kecil yang adem, trekking ke desa tradisional dengan pemandangan sawah terasering, sampai naik ke puncak Gunung Fansipan yang disebut Roof of Indochina.

    Kalau punya waktu lebih lama, kamu bisa extend sehari buat eksplor air terjun seperti Silver Waterfall atau Love Waterfall, atau sekadar santai lebih lama di homestay desa. Dijamin liburanmu ke Sapa bakal jadi pengalaman tak terlupakan.

    Dan biar perjalanan makin lancar tanpa drama internet, jangan lupa pakai Passpod! Mau update story di Instagram, cari info lokal, atau booking aktivitas mendadak, semuanya jadi gampang kalau koneksi internet kamu stabil. Tinggal pilih eSIM atau SIM card luar negeri lewat Passpod, praktis dan aman.

    Jadi, siap liburan ke Sapa bareng Passpod?

Lifestyle

  • Travel di 2070: Nggak Ada Lagi Paspor, Boarding Cukup Pakai Jantung
    Travel di 2070: Nggak Ada Lagi Paspor, Boarding Cukup Pakai Jantung

    Bayangin kalau di tahun 2070 nanti, kamu nggak perlu lagi repot cari paspor setiap mau jalan-jalan ke luar negeri. Soalnya, paspor udah nggak berbentuk buku lagi, tapi ada di dalam tubuhmu sendiri. Yap, cukup dengan detak jantung, sistem udah bisa tahu siapa kamu dan langsung izinin kamu naik pesawat.

    Dilansir dari The Independent, Selasa (11/4/2023), ada riset menarik yang sifatnya merupakan forecast alias penerawangan berdasarkan perkembangan teknologi saat ini. Riset itu berjudul “easyJet 2070: The Future Travel Report”. Isinya membahas bagaimana teknologi masa depan bakal mengubah cara orang bepergian di seluruh dunia. Salah satu prediksinya: dalam 50 tahun ke depan, penumpang akan menggunakan detak jantung sebagai identitas, bukan lagi paspor biometrik biasa.

    Teknologi biometrik masa depan ini disebut “heartbeat passport”. Setiap orang punya pola detak jantung yang unik — seperti sidik jari, tapi jauh lebih canggih dan nggak bisa dipalsukan. Jadi saat kamu lewat gerbang imigrasi, alat pemindai otomatis bakal mengenali identitasmu dari ritme jantung. Semua data perjalananmu langsung terbuka, dan kamu bisa boarding tanpa harus menunjukkan satu dokumen pun.

    Tapi kecanggihannya nggak berhenti sampai situ aja. Kursi pesawat di masa depan bakal dilengkapi sensor biomimetik yang bisa menyesuaikan bentuk tubuh penumpang secara otomatis. Kursinya bisa “ngerti” posisi duduk paling nyaman buat kamu, biar nggak pegal sepanjang perjalanan.

    Untuk hiburannya, layar di sandaran kursi udah bakal jadi kenangan. Nantinya, tayangan film dan informasi penerbangan akan langsung tampil ke mata penumpang lewat teknologi optoelektronik, semacam proyeksi langsung ke pandangan mata. Bayangin nonton film tanpa layar, tapi tetap jernih dan personal.

    Nggak cuma itu, traveler masa depan juga bakal dimanjakan dengan alat bantu dengar pintar yang bisa menerjemahkan bahasa lokal secara real-time. Jadi kalau kamu ngobrol sama warga setempat di Tokyo, Paris, atau Dubai, suaranya langsung diterjemahkan di telingamu. Gak perlu buka aplikasi atau nanya Google Translate lagi.

    Setelah sampai di tujuan, hotelnya pun nggak kalah futuristik. Kamar di tahun 2070 bakal disebut smart room, yang otomatis menyesuaikan pengaturan sesuai preferensimu, mulai dari suhu ruangan, temaram lampu, sampai playlist lagu favorit. Semuanya udah disiapkan sebelum kamu datang. Bahkan, banyak hotel diprediksi bakal dibangun di bawah tanah, supaya lebih hemat energi dan punya suhu yang stabil sepanjang tahun.

    Traveling di masa depan jelas bakal jauh lebih praktis, cepat, dan nyaman. Tapi di balik semua kecanggihan itu, ada satu hal penting yang tetap nggak boleh ketinggalan: koneksi internet. Karena secanggih apa pun dunia traveling nanti, tetap aja kamu butuh internet buat berbagi momen seru, mencari arah, atau sekadar update story liburan.

    Baca juga: Biar Makin Hoki, Cek Shio & Peruntungan Traveling 2025!

    Nah, sambil nunggu teknologi 2070 datang, kamu bisa mulai dari sekarang dengan cara yang lebih sederhana, pakai Passpod! Dengan Passpod, kamu bisa tetap terkoneksi selama traveling ke luar negeri lewat WiFi, eSIM, atau SIM Card dengan jaringan cepat dan stabil. Jadi, meskipun masa depan belum tiba, traveling kamu udah bisa terasa semudah itu.